Senin, 07 September 2009

Tausiah, Tadabur Alam, meraba hati





Barang siapa yang tidak waspada dan hanya menuruti perasaannya, ia akan menderita akibat perbuatannya dan tak akan mencapai kebahagiaan. Ia tak akan tentram dalam menjalani hidupnya.
Tantangan hidup umpama dapur pembakar yang mematangkan akal dan fikiran. Tanpa tantangan tidak akan meningkat dewasa walaupun umur bertambah.
Seseorang yang memiliki kejelasan tujuan tidak akan menunda-nunda kerjanya karena baginya masa yang berlalu tidak mungkin dapat diulangi lagi, hari esok adalah hari yang baru dengan tugas dan tanggungjawab baru.

Kaya Hati

”Barang siapa memudahkan kesukaran seseorang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR.Muslim).
Tidak mudah merasakan bagaimana sesungguhnya hidup susah, kecuali oleh orang-orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Seperti halnya perasaan saudara-saudara kita yang sedang hidup di tenda-tenda sementara, yang kemudahannya serba kekurangan. Dengan demikian, hanya orang-orang tertentu yang mampu merasakan perasaan susahnya orang lain, terutama orang-orang yang tergolong sebagai kaya hati.
Dalam suatu hadist, Rasulullah SAW mengatakan bahwa kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati. Orang yang kaya hati, meskipun tidak kaya harta, akan tetap berusaha untuk menunjukkan keprihatinannya terhadap orang lain. Sebaliknya, orang yang kaya harta, namun tidak kaya hati, tidak akan mudah prihatin terhadap nasib orang lain, terutama orang-orang yang hidup dalam kesusahan.
Sebagaimana dikatakan dalam hadits di atas, orang yang kaya hati sehingga mau membantu meringankan beban orang susah akan mendapatkan sekurang-kurangnya dua kemudahan. Pertama, kemudahan hidup selama di dunia. Ada saja pertolongan yang diperolehnya, meskipun bukan melalui orang yang pernah dibantunya. Allah mengirim bantuan melalui tangan hamba-hambanya yang lain. Kedua, pahala yang akan membantuya sewaktu ditimbang amalnya di hari akhirat kelak.
Berdoa kepada Allah supaya kita dimasukkan ke dalam golongan yang kaya hatinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang mati sebelum dimatikan oleh Allah SWT yaitu orang yang mati hatinya.

Mutiara Hati

”Siapa yang melihat akhir suatu perkara di awal langkanya, dengan mata hatinya, kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya”


”Barangsiapa yang tidak waspada dan hanya menuruti perasaannya, ia akan menderita akibat perbuatannya dan tak akan mencapai kebahagiaan, ia tak akan pernah tentram dalam menjalani hidupnya”

Dikutip dari Mutiara Amaly

2 komentar: